Pertemuan Kembali

Myshaelina
4 min readJan 10, 2024

Pertemuan Kembali dengan Diri Sendiri

Simatupang, 10 Januari 2024

Aku menulis tulisan ini di kantor tempat Aku bekerja saat ini. Disela waktu kosong karena pekerjaanku sudah dirampungkan lebih cepat. Akhirnya ada waktu dan kesempatan untuk menuangkan aliran-aliran pikiran yang sudah menggenang dibenakku sejak beberapa waktu — cukup lama karena sudah sangat banyak hal yang terjadi dihidupku sejak terakhir Aku menulis disini.

Kaku dan agak riwet mungkin pembahasaannya karena Aku sudah sangat lama tidak bercerita dalam tulisan, namun yang terpenting, akan Aku upayakan untuk jujur dan bijak dalam menulis karena toh — tulisan ini untuk diriku juga sebagai refleksi di kemudian hari.

Hey Jasmine, apa kabarmu hari ini?

Kabarku hari ini adalah diri yang paling aku syukuri, setiap hari, Alhamdulillah, tidak ada hal yang menahan diriku, berberat hati mengucap syukur atas apa yang Allah SWT berikan padaku pada hari ini. Tubuh yang cukup sehat, hati yang tenang, pekerjaan yang halal dan Keluarga dan teman-teman yang ada disisiku.

Tentu saja, bukannya tidak ada hal menyebalkan, orang yang menyulitkan, kekecewaan dan perasaan cemas serta trauma yang muncul ke permukaan. Namun pada hari ini aku bersyukur karena Aku masih dapat hidup dengan baik meski berdampingan dengan hal-hal yang dulu, sekarang atau mungkin akan menyakitiku.

Tentu saja Aku tidak ingin menahan diri untuk bersyukur dan berbahagia atas hal-hal baik dan berkat yang Allah SWT berikan kepadaku. Jasmine hari ini, sudah berusaha dengan baik untuk menanggapi tiap permasalahan dengan setidaknya, tidak menyalahkan, tidak menyakiti diri sendiri — dan semoga, juga tidak menyakiti orang lain.

Namun Aku hanya manusia yang sejatinya lemah dan penuh kesalahan. Bahkan berdiam diri saja, belum tentu selamat dari prasangka buruk manusia.

Beberapa hal buruk untukku, yang datang akhir-akhir ini, hampir semuanya merupakan ekspresi dari mereka yang punya luka, maka mungkin perihnya membuat mereka tidak dapat hidup dengan tenang dan cukup bahagia. Sedang Aku yang dapat melihat, saat ini memilih untuk memahaminya, dan berusaha membuat mereka tidak sampai melukaiku — setidaknya tidak membekas, meskipun menyakitkan. Meskipun terdengar pasrah, namun kurasa hal ini sudah cukup baik untuk Jasmine di hari ini. Semoga saja, kelak tidak ada lagi orang-orang disekitarku yang memiliki luka cukup dalam untuk dapat menyakiti orang lain.

Aamiin.

Untuk hal-hal yang membuatku bersyukur hari ini, Aku senang kini sudah ada seseorang yang menyenangkan, mau bekerjasama, dan mau berusaha memahami Aku. Suamiku. Aku bersyukur aku dipertemukan kembali dengan orang yang tulus, tidak menuntut dan percaya kepadaku. Agar tulisan ini menjadi pengingat, Aku ingin menulis kenangan dan perasaanku saat ini, kepada Suamiku.

Misteri jodoh itu memang lucu, Aku tidak punya banyak memori bersama suamiku saat kami sama-sama bersekolah di SMP dan SMA yang sama. Karena aku sepertinya sudah sibuk dengan drama kehidupanku yang sedang puncak-puncaknya, sedangkan Suamiku mungkin sedang sibuk main game online.

Satu-satunya memori yang Aku punya adalah, saat SMP, di hari itu, Aku sedang menangis di kelas, konteksnya mungkin dapat dibaca pada tulisanku sebelumnya haha, tapi Aku tidak mau membahas alasanku menangis. Intinya, karena Suamiku saat itu kursi duduknya dikelas tepat disamping kursi dudukku, Aku menumpang duduk dibangkunya, karena posisinya dipojok tembok. Menghindari orang-orang menanyaiku kenapa Aku menangis.

Tiba-tiba Suamiku datang dan duduk di kursi sebelahku, lalu berkata “Mine jangan nangis”, tanpa bertanya kenapa Aku menangis, hanya berkata 3 kata tersebut sambil tersenyum. Aku kemudian tertawa dan berhenti menangis.

Tidak menyangka setelah lebih dari 10 Tahun dari kejadian itu, Aku kembali bertemu dengan Suamiku dan dipertemuan kedua kami, dia memberikan kata-kata yang paling logis, sekaligus menenangkan hatiku yang saat itu lagi-lagi sedang sedih. Seolah Ia yang kini lebih dewasa, kembali mengingatkanku untuk jangan menangis seperti saat masih SMP dulu.

Terima kasih Suamiku, sudah selalu menjadi teman yang mendukungku, mempercayaiku, mengingatkan Aku untuk memandang diriku sendiri dengan baik, mendorongku untuk melawan ketakutan dan menjadi versi terbaik dariku, tanpa pernah menuntut.

Aku mungkin bukan orang yang sangat baik, Suamiku pun bukan orang yang sempurna, namun Aku berharap kami bisa selalu mengusahakan hal-hal baik untuk hubungan kami, dan menghindari hal-hal buruk bagi hubungan kami.

Sheeta and Pazu from the movie ‘Castle in the Sky’ remind me a bit of my relationship with my husband. I never want to be a burden for my husband or plead for his help, but my husband has always been there to rescue me. Despite many things lost due to evil, Sheeta just letting it go and accepts what has happened. Sheeta and Pazu only need each other to be happy.

Di akhir tulisan ini, Aku ingin mengingatkan diriku sendiri, atau orang yang mungkin membaca tulisan ini, bahwa Kita, manusia, tidak dapat menghindari masalah-masalah yang muncul dalam hidup. Masalah itu akan ada… mungkin akan selalu ada, namun, besar-kecilnya masalah tersebut, masih dapat Kita upayakan, bagaimana Kita menerimanya.

Aku harap aku, kamu, selalu dilindungi Tuhan dari hal-hal buruk yang tidak tertahankan, dan serta diberikan kekuatan, untuk dapat memandang masalah dengan baik, dan menemukan hikmah di dalam setiap hal yang menyakiti hati.

Aku harap Kita, tidak lelah untuk memberi hal baik, berusaha sebisa mungkin, tidak menyakiti, dan yang terpenting, selalu menghargai diri kita sendiri.

“Telah kusadar hidup bukanlah

Perihal mengambil yang kau tebar

Sedikit air yang kupunya

Milikmu juga bersama

Bisakah kita tetap memberi

Walau tak suci?

Bisakah terus mengobati

Walau membiru?

Cukup besar ‘tuk mengampuni

‘Tuk mengasihi

Tanpa memperhitungkan masa yang lalu

Walau kering

Bisakah kita tetap membasuh?”

--

--

Myshaelina

Kata dan Rasa tak semua dapat terucap, namun setidaknya sanggup dituliskan